Hahh, setelah berfikir, akhirnya saya memutuskan untuk mempublish fanfict saya yang kedua. Yang ini One shot.. buat main cast? tetep sama kaya yang di ficlet..
oke, Happy Reading..
THE END
Read More..
oke, Happy Reading..
Sorry, I’m Late to Notice
Author POV
Seorang gadis terlihat tengah menikmati keadaannya saat ini dengan
menatap sungai Han yang tenang sambil menggerak-gerakan kepalanya sesuai alunan
lagu yang didengarnya melalui earphone biru kesayangannya itu.
“Heyy Minhee-ya sampai kapan kau terus disini? Setiap mencarimu pasti
kau disini, apa tidak ada tempat lain yang lebih menyenangkan dari pada
disini?” ucap Donghae tepatnya Lee Donghae sahabat Minhee sejak 7 tahun lalu. Minhee
masih menikmati kegiatan mendengarkan musiknya itu tanpa menyadari Donghae
berada di sampingnya.
“Aiisshh aku lupa!” dengan cepat Donghae melepas earphone yg dikenakan
Minhee.
“Yak, Donghae kau ini selalu
saja mengganggu ketenanganku!” teriak Minhee yang sontak membuat Donghae
terperanjat kaget. Gadis itu pun mendengus kesal karena ulah pria itu.
“Minhee-ya bisa tidak untuk tidak selalu berteriak di kupingku eoh?!
Aigoo .. kau tau pengobatanku ke klinik nanti pasti mahal,” dengan tak hentinya Donghae meniup kepalan
tangannya dan didekatkan ke telinga kanan-kirinya.
“Ahh jadi sekarang kau menyalahkanku ne? Kau yang selalu mengagetkanku.
Aisshh rasakan ini!” balas Minhee membela diri sambil menjitak kening Donghae
cukup keras.
“Yak, kenapa kau selalu menjitakku seperti itu? Apa itu sudah jadi
kebiasaan mu eoh?” Donghae sengaja mendekatkan wajahnya pada wajah Minhee
hingga membuat Minhee menjadi salah tingkah. Bahkan hembusan napasnya terasa
menerpa wajah gadis itu.
“Kau tau kan apa yang akan kulakukan
padamu saat ini Minhee-ya?” lanjut Donghae menggoda dan semakin membuat Minhee bingung
berbuat apa.
Dengan kuat Minhee mendorong Donghae hingga lelaki tampan itu tergeletak
diatas rerumputan. “Menyingkir kau Lee Donghae. Aroma tubuhku yang harum ini
bisa bau karenamu yang dekat-dekat denganku”. elak Minhee untuk menutupi rasa
salah tingkahnya sambil mendelik tajam terhadap Donghae.
“Mwo? Maksudmu aku ini bau badan? Benar-benar kau ini. Kau benar-benar
tidak ada sopan santun nde! biar bagaimana pun aku ini lebih tua darimu Minhee-ya”
ujar Donghae yang semakin geram dengan Minhee.
“Aah benar kau lebih tua. Jadi seharusnya aku memanggilmu dengan
sebutan Ahjussi kan?” belum sempat pria itu membalas ucapan yang dilontarkan
sahabatnya, gadis itu segera berlari dengan terbirit-birit dan menjulurkan
lidahnya, menatap Donghae yang benar-benar kesal dengan aksinya itu.
***
Flashback ON
7 tahun lalu
Brugg !!
Seketika itu pula gadis itu jatuh ke lantai. “Cepat kau berikan
kalungmu, kau sadar tidak bahwa kalung itu lebih pantas aku yang kenakan!”
bentak seorang perempuan.
“Anni .. tidak akan ku berikan! Ini kalung pemberian appaku, dan aku
tidak akan memberikannya kepada siapapun!”
tolak gadis tersebut dengan wajah menunduk takut. Perempuan yang lain
pun mendongakkan kasar dagu gadis itu dan menatapnya tajam.
“Aaah jadi kau tidak mau
memberikan kalungmu? Kalau begitu rasakan i~~..”
Belum selesai berbicara tiba-tiba seorang laki-laki datang dan
menghalangi tangan perempuan yang hendak menarik kasar rambut gadis itu. “Cepat
hentikan kelakuan kalian! Apakah kalian tidak sadar bahwa perbuatan kalian ini
menjijikan eoh!!” ucap tegas laki-laki itu sontak membuat dua perempuan di
hadapannya kaget tak terkecuali gadis itu.
“Mwo? Donghae sunbaenim?!” jawab seorang perempuan dengan wajah
menganga tidak percaya bahwa Donghae pria yang begitu dikagumi di sekolah
mereka yang membelanya.
“Nde ini aku. Cepat kalian pergi dan tinggalkan gadis ini! Dan satu
lagi, jangan kalian ganggu gadis ini lagi karena dia adalah temanku!” tutur Donghae
yang dengan cepat membuat dua perempuan itu menyingkir dari tempat itu.
Donghae pun menghampiri gadis itu yang masih di tempatnya, “Gwaenchanayo?”
Tanya Donghae pada gadis itu. Namun gadis itu tidak juga mengangkat kepalanya dan
hanya menganggukan kepala.
Donghae pun mengulurkan tangannya hendak membantu gadis itu berdiri
dan lagi-lagi gadis itu hanya terdiam menunduk. Donghae menunggu gadis itu
membalas uluran tangannya namun tidak juga gadis itu indahkan.
“Aisshh kau ini, harusnya berterima kasih padaku karena telah
menolongmu dari mereka. Dan ini, kau tidak mau melihatku yang telah menolongmu.
Bahkan kau juga tidak mengindahkan uluran tanganku. Benar-benar tidak tahu rasa
terimakasih. Baiklah jika begitu aku pergi!”. Donghae pun kesal dan
meninggalkannya. Namun baru saja Donghae berjalan tiga langkah, gadis itu
berdiri dan mulai angkat bicara.
“Khamsahamnida” ungkap gadis itu pelan namun
masih terdengar oleh telinga Donghae. Donghae pun mengangkat kedua ujung bibir mungilnya
dan masih membelakangi gadis itu.
Saat Donghae membalikan badannya ia mengerutkan
keningnya karena melihat gadis itu masih saja dalam keadaan menunduk. ‘apakah
dikakinya terdapat uang 100 ribu won hingga dia tidak juga mengangkat
kepalanya’ batin laki-laki penggemar susu itu.
“Baguslah kalau kau mengerti rasa terimakasih karena itu wajib kau
lakukan.” ucap Donghae seraya mendekati gadis itu.
“Aissh bisakah kau sedikit
memperlihatkan wajahmu itu. Apakah baik jika seseorang berbicara namun lawan bicaranya
hanya menunduk saja?” lanjut Donghae.
“Nde, mianhamnida Donghae sunbaenim.” ungkap gadis itu dan mulai
menatap wajah Donghae.
“Ah jangan panggil aku sunbae, formal sekali dan bahkan aku merasa
sangat tua darimu. Panggil aku Donghae atau mungkin Donghae oppa. Tapi kau
sudah mengetahui namaku ya? Wah aku ini memang dikenal semua orang nde, mungkin
karena wajahku yang tampan.” ungkap Donghae diiringi gerakan jari telunjuk yang
diketuk-ketuk terhadap dagunya. Gadis itu menguraikan seulas senyumnya.
“Neo.. ireumi mwoyeyo?” tanya Donghae pada gadis itu.
“Naneun Kim Minhee imnida. Panggil saja Minhee”. Jawab gadis itu tanpa
menghilangkan senyum manisnya.
“Baiklah Minhee-ya, bagaimana jika mulai saat ini kita berteman. Ah anni..anni..
kita bersahabat?” seraya Donghae mengacungkan jari kelingkingnya ke hadapan Minhee.
Minhee sedikit kaget, tapi kemudian yeoja cantik itu mengaitkan jari kelingkingnya
ke jari kelingking Donghae yang sedari tadi memang menunggu balasan darinya.
Flashback OFF
***
“Geuraeyo, kelas hari ini cukup sampai disini. To mannayo!”. Kim
seongsangnim menutup kelas hari ini. Minhee lekas menuju taman yang tidak
berada jauh dari Kyunghee University.
Ia duduk dibangku berwarna hijau yang memang disediakan di taman
tersebut. Sebenarnya Minhee sangat bosan harus menunggu selama hampir tiga
puluh menit setiap kali jam kuliah Donghae lebih lama darinya. Namun karena itu
sudah menjadi rutinitasnya begitu juga dengan Donghae yang sering kali melakukan
hal yang sama dengan Minhee saat ini maka mereka melakukannya dengan suka rela.
“Annyeong hasseyo ”. tiba-tiba terdengar suara sehingga membuat Minhee
menyimpan I-phone yang sejak tadi ia otak-atik dan menoleh kearah suara
tersebut.
“Ahh, a .. annyeong” balas Minhee dengan suara sedikit gugup karena ia
tidak menyangka dengan siapa yang ada dihadapannya.
“Boleh aku duduk disini Minhee-ya?” tanya pria itu disandingi senyum
manisnya.
‘Aigo, bagaimana ia bisa mengetahui namaku? Padahal sebelumnya kita
belum pernah berkenalan. Walaupun tanpa berkenalan aku sudah sangat mengetahui
dia siapa. Nde, dia Cho Kyuhyun. Seorang penyanyi soloist dengan suara yang
sangat indah dan siapapun yang mendengarnya pasti akan terhanyut dalam lantunan
suaranya termasuk aku. Dan yang saat ini membuatku tidak bisa berkata apa-apa
adalah karena ia menyapaku dan tidak pernah kubayangkan sebelumnya’ batin Minhee
yang masih dalam keadaan diam menatap pria yang ada dihadapannya itu.
“Heyy, Minhee-ya?” panggilnya dengan menggerak-gerakan telapak
tangannya di hadapan pandangan Minhee.
“Aah nde, doemnida.” Jawab Minhee yang memperlihatkan sedikit senyum
pada Kyuhyun dan menggeser posisi
duduknya kekanan serta mempersilahkan Kyuhyun duduk di tempat kosong tersebut.
Minhee memang sangat mengagumi suara Kyuhyun, namun ia tidak seperti
penggemar Kyuhyun yang lain yg selalu berteriak mengelu-elukan Kyuhyun setiap
kali sang idola lewat. Sebenarnya mereka memang satu universitas, tapi setiap
berpapasan Minhee tidak pernah mau menatap Kyuhyun dan berlalu begitu saja.
“Kuperhatikan, kau selalu menunggu namjachingumu itu disini nde?” ucap
Kyuhyun yang mulai mengawali pembicaraan.
“Mwo? Namjachingu?” tanya Minhee sedikit heran karena ia merasa tidak
mempunyai namjachingu.
“Nde, Lee Donghae hyung. Dia namjachingu mu kan?” balas Kyuhyun yang
sontak membuat Minhee tertawa.
“Haha.. Lee Donghae? Anniya.. dia itu bukan namjachinguku bahkan tak
pernah terpikirkan sama sekali olehku. Dia sahabatku sejak kami masih sekolah menengah
pertama bahkan aku sudah menganggapnya seperti kakakku sendiri.” Jelas Minhee.
“Aah begitu” jawab Kyuhyun singkat yang dibalas anggukan oleh Minhee.
Mereka meneruskan pembicaraan tersebut hingga tanpa mereka sadar Donghae
sudah berada dekat mereka.
“Minhee maaf membuatmu menunggu lama, Kang songsaenim menambah jam
belajarnya tadi.” Ucap Donghae seraya menghampiri Minhee.
“Gwaenchana,” jawab Minhee.
“Yak, bukankah kau Cho Kyuhyun nde? sejak kapan kau disini? Apa kau
tidak takut para penggemarmu marah padamu karena kau sedang berduaan dengan Minhee
yang sangat mengagumimu ini?” ujar Donghae yang membuat Minhee membulatkan
matanya karena membeberkan rahasianya.
“Nde, aku disini sekitar 45 menit yang lalu hyung, menemani Minhee yang
mungkin bosan menunggumu. Lagi pula disini sepi jadi tidak akan ada orang yang
menyadari aku disini” balas Kyuhyun yang membuat Donghae semakin merasa
bersalah karena membuat sahabatnya itu menunggu lama. “tapi, benarkah kau
mengagumiku Minhee-ya?” lanjut Kyuhyun yang menatap Minhee.
Minhee yang diberikan pertanyaan itu hanya diam tersenyum menahan malu
dan mencubit lengan sahabatnya karena pria tampan itulah yang membuat Minhee
menjadi salah tingkah di hadapan Kyuhyun.
***
“Aish, kau kemana tuan Lee? Janji jam 10 tapi jam 11 belum datang.
Kebiasaan yang sangat buruk” keluh Minhee pada Donghae namun ia hanya berbicara
sendiri karena namja yang ia tunggu-tunggu belum datang juga.
Yeoja cantik itu akan pergi dengan Donghae menuju toko kue. Mereka
akan membeli kue ulang tahun untuk Kyuhyun yang tepat esok hari akan berulang
tahun ke 25. Sekitar lima bulan pertemanan mereka bertiga menjadi sangat baik,
terutama Minhee dan Kyuhyun yang tak jarang mereka pergi berdua.
“Hah, hah.. mianhae aku terlambat. Jalanan sungguh macet” gusar
Donghae yang terlihat sangat kelelahan karena berlari menuju Minhee sembari
menyeka keringatnya.
“Yak, Donghae-ya tidak perlu kau jadikan jalanan sebagai alasan. Kau
selalu seperti itu, membuatku menunggu.” Ujar Minhee yang sudah sangat kesal
karena menunggu Donghae selama satu jam. Ya siapa yang tidak jengkel menunggu
selama itu.
“Nde mianhae, jeongmal mianhae. Kajja, lebih baik sekarang kita
berangkat.”
Dengan cepat Donghae meraih tangan Minhee yang putih mulus dan
mengajaknya beranjak dari tempat itu. Namun sang yeoja tetap masih mendengus
kesal.
‘mianhae, bukan maksudku untuk membuatmu menunggu dan beralasan
jalanan sedang macet. Hanya saja perlu waktu untukku berfikir beberapa kali
untuk menemanimu membeli kue serta kado untuk Kyuhyun. Aku sangat enggan untuk
melakukan hal itu’ batin namja tampan itu.
***
“Bagaimana jika kue ini? Kurasa dia akan menyukainya?!” lagi-lagi Minhee
mengucapkan hal yang sama. Mungkin sudah sepuluh jenis kue dia katakan begitu.
“Yak, kau ini sebenarnya ingin membeli kue yang mana Minhee-ya? Sejak
tadi kau hanya bertanya dan tidak menetapkan untuk memilih yang mana.” Keluh
Donghae yang sudah mulai kesal dengan sikap gadis itu.
“Aish, baiklah. Aku kan hanya bertanya bagaimana pendapatmu. Dan sejak
tadi kau hanya menjawab iya dan iya saja. Membuatku semakin bingung untuk
membeli yang mana. Kalau begitu yang ini saja!!” telunjuk Minhee pun menunjuk
pada kue yang ada dihadapannya. Kue yang bertabur banyak kepingan coklat.
“Lalu kado apa yang akan kau berikan padanya?” tanya Donghae pada Minhee
yang kini mulai bingung memilih kado untuk Kyuhyun.
“Molla, aku sendiri bingung.” Jawab Minhee sambil menggaruk-garuk
tengkuknya yg tidak gatal.
“Aigo, kau ini. Tadi saat memilih kue kau bilang kau bingung. Sekarang
saat memilih hadiah kau juga bingung. Kenapa kau tidak menghadiahkannya jam tangan
saja? Bukankah mudah?” saran Donghae.
“Mwo? Jam tangan? tapi, itu bukankah sudah sangat umum?” ujar Minhee
yg masih menimbang-nimbang saran dari Donghae.
“Aish, terserah kau sajalah. Masih untung aku mau memberimu saran.
Kajja kita pulang, aku sudah sangat lelah sedari tadi mengikutimu berkeliling
tidak jelas ujungnya. Contohlah aku yang sangat mudah menemukan barang yg akan
ku berikan sebagai hadiah untuknya, tanpa harus berpikir lama sepertimu.”
“Ah, ne. aku membeli jam tangan saja untuknya. Semoga dia menyukai
hadiah yg kuberikan sesuai saranmu. Gomawo Lee Donghae.” ucap Minhee sambil
mencubit hidung Donghae hingga memerah dan pergi berlalu meninggalkannya menuju
toko jam tangan.
***
Waktu menunjukkan pkl. 23.30 KST dan saat ini Minhee memulai aksinya
untuk memberi kejutan pada Cho Kyuhyun. Dikediamannya ia mulai menelpon namja
berkulit putih itu.
Panggilan masuk
Minhee ~~
“Yeoboseyo Minhee-ya? Waeyo kau menghubungiku larut malam begini?”
“Kyuhyun-ah tolong aku, jeball tolong aku. Hiks..hiks..”
“Minhee-ya, gwaenchanayo?” tanya Kyuhyun mulai panik.
“Ppali kau datang kesini, aku tidak tau tepatnya dimana tapi kurasa ini
di sekitar pinggiran sungai Han. Aku takut mereka terus mengejarku, aku sudah
menghubungi Donghae tapi dia tidak juga mengangkat telfonnya. Jebal cepatlah
datang. Hiks..hiks..” seru Minhee yang terdengar semakin takut dan sontak
membuat Kyuhyun semakin panik tidak karuan.
“Tapi siapa yang mengejarmu itu?”
“Molla, ppali datanglah!” piipp Minhee segera menutup teleponnya tanpa
sempat Kyuhyun bertanya lagi.
***
Namja tampan itu terlihat gelisah sambil mengarahkan pandangannya ke
setiap sudut jalan yang ia telusuri. Ia benar-benar panik dan bingung harus
kemana lagi mencari Minhee. Namja itu, Kyuhyun sudah beribu-ribu kali menyebut
nama Minhee namun tidak juga mendapat respon. Hingga tepat di taman yang tidak
jauh letaknya dari pinggiran sungai Han, ia berhenti karena lelah dan terduduk
di bangku yang sudah tersedia di taman itu. Kyuhyun sudah tidak mampu lagi
membendung air mata kepanikannya karena namja itu tidak juga menemukan Minhee.
Dan tanpa Kyuhyun sadari, Minhee dan Donghae sudah bersiap di belakangnya.
“Neo odieso Minhee-ya??!” lemas Kyuhyun mengucapkan kata itu. Ia
benar-benar bingung untuk mencari Minhee kemana lagi. Bahkan dadanya terasa
sesak karena isakan tangisnya yang tak henti.
“SAENGIL CHUKKAEHAMNIDA CHO KYUHYUN” teriak seorang dari belakangnya.
Sontak membuatnya kaget serta dengan cepat menoleh kebelakang.
Betapa kagetnya Kyuhyun saat itu. Karena yeoja yang sedang dicarinya
sejak tadi kini berada di hadapannya membawa sebongkah brownies cake dilapisi
kepingan coklat yang bertengger angka 25 diatasnya.
“Saengil chukkae hamnida, saengil chukkae hamnida, saranghaneun uri
Kyuhyun.. saengil chukkae hamnida.. yeeeeeyyyy” seru Minhee dan Donghae bersamaan
menyanyikan lagu selamat ulang tahun.
Kyuhyun masih diam mematung diiringi isakan tangis yg masih tersisa. Donghae
yang melihat tidak ada pergerakan apapun dari Kyuhyun segera menyadarkannya. “Yak
Cho Kyuhyun-ah, ppaliwa tiup lilinnya sebelum meleleh,” gentak Donghae.
Kyuhyun pun menyeka air mata yg membasahi pipinya sedari tadi. Dia
mengangguk memastikan bahwa akan meniup lilinnya. Dengan yakin Kyuhyun mulai
meniup lilinnya..
“Ahh Kyuhyun tunggu dulu, kau harus make a wish sebelum meniup
lilin-lilin ini.” Ucap Minhee menghentikan kegiatan Kyuhyun yang ingin meniup
lilin itu.
Kemudian Kyuhyun perlahan menutup matanya dan membuat permohonan.
‘Tuhan, terima kasih untuk semua nikmat yang telah kau berikan. Atas
suaraku, keluargaku, temanku, sahabatku, gameku dan terutama untuk wanita yang
saat ini di hadapanku. Terima kasih telah mengirimkannya untukku, aku akan
menjaganya. Ku mohon jadikan dia milikku selamanya Tuhan.’
Setelah mengucapkan permohonan itu dalam hatinya, Kyuhyun dengan
semangat meniup lilinnya dan mengucapkan terima kasih kepada mereka berdua. “Kalian
ini benar-benar membuatku gila, terutama kau Minhee-ya. Jantungku benar-benar
hampir terlepas dari sarangnya karena mengkhawatirkanmu. Jangan pernah lagi kau
lakukan itu padaku nde?” seru Kyuhyun.
“Mianhae Kyuhyun-ah, tapi aku sungguh geli melihat ekspresi khawatirmu
itu. Sangat lucu! Haha. Sebegitu khawatirkah kau padaku? Ah sudahlah, sekarang
potong kuenya” ajak Minhee seraya meletakan kue itu dibangku taman. Kyuhyun
mengangguk setuju.
“Nah sekarang siapa orang pertama yg akan kau beri kue ini?” selidik
Donghae.
Kyuhyun mengalihkan pandangannya kepada dua orang yang ada di
hadapannya ini. Kemudian ia menyuapkan kue itu untuk dirinya sendiri. “Kue
pertama ini jelas untukku, karena kalian memang memberikannya untukku kan?”
senyum evil pun menyeringai diwajahnya.
“Nah kue kedua ini seharusnya untuk eomma, appa, atau eonniku. Tapi
sayangnya mereka tidak disini sekarang, kalian tidak mengajak mereka. Jadi
kuberikan kue ini untukmu Donghae hyung. Karena kau sudah sangat baik padaku selama
ini.” Ucapnya kemudian dan menyerahkan kue yang ada di tangannya pada Donghae.
“Mianhae Kyuhyun-ah kami tidak mengajak keluargamu. Tapi gomawo untuk
kuenya” balas Donghae dan melahap habis kue itu.
“Lalu mana kue untukku? Sedari tadi aku menunggu kau memberiku kue itu
karena aku sudah sangat lapar,” ujar wajah polos Minhee. Membuat kedua namja
tampan yang ada di hadapannya terkekeh.
Kemudian Kyuhyun memalingkan wajah tampannya ke hadapan Minhee. “Minhee,
jeongmal gomawo untuk semuanya. Aku tidak tahu ini saat yang tepat atau tidak,
tapi aku akan mengatakannya sekarang” wajah Kyuhyun mulai menunjukkan ekspresi
serius.
‘apa yang akan dikatakannya terhadap Minhee? Semoga fikiranku ini
salah’ batin Donghae mulai curiga.
Kyuhyun mulai menatap serius
gadis yang ada di hadapannya saat ini. Kemudian ia menggenggam kedua tangan
gadis itu dengan lembut dan mulai mengatakan hal yang selama ini menumpuk di
otaknya. Ia mulai menarik napas panjang, lalu membuangnya perlahan.
“Tadi kau bertanya sebegitu
khawatirkah aku terhadapmu? Nde, sangat. Aku sangat mengkhawatirkanmu
Minhee-ya. Aku tidak akan membiarkan hal sekecil apapun menimpamu, aku berjanji
akan selalu menjaga dan menyayangimu, saranghae Minhee-ya.”
Deggh..
Pernyataan yang membuat kedua orang itu kaget. Siapa lagi kalau bukan Minhee
dan Donghae. Ternyata apa yang di khawatirkan Donghae terjadi. Sedangkan Kyuhyun
berhasil membuat Minhee membulatkan matanya tak percaya. Namja yang dulu hanya
bisa dikaguminya berangsur menjadi temannya dan kini menyatakan cinta padanya.
Sungguh sulit di percaya.
“k~kkau, apa yg kau ..” Minhee tak sanggup mengungkapkan kalimat
selanjutnya karena ia benar-benar tidak percaya. Yang ia rasakan saat ini
adalah dentuman jantungnya yang bergerak cepat dan tidak beraturan yang
membuatnya menjadi gugup.
“Minhee-ya aku bersungguh-sungguh, aku janji akan menjaga hatimu,
apakah kau mau menjaga hatiku?” tanya Kyuhyun yang semakin mempertegas maksud
ucapannya.
Kemudian Minhee dengan perlahan menganggukkan kepalanya mengartikan
bahwa ia menerima pernyataan cinta namja itu. Yeoja itu berhasil membuat
Kyuhyun tersenyum senang serta membuat Donghae mulai goyah dari pertahanan
kakinya untuk berdiri. Pria itu benar-benar tidak percaya dengan apa yang ada
di hadapannya saat ini. Ia melihat yeoja yang sangat ia cinta selama lima tahun
terakhir ini kini tengah berada didekapan namja lain yg kini menjadi
namjachigunya. Namja berambut hitam itu merasa bak disambar petir tepat
mengenai hatinya kini. Tampak butiran bening mengalir di permukaan pipinya. Ia
juga melepas hadiah yang akan diberikannya pada Kyuhyun ke atas tanah yang
menjadi pijakannya karena sudah tak mempunyai lagi kekuatan untuk menggenggam.
Bahkan mungkin jika ia tidak menahannya dengan sekuat tenaga badannya akan
tersungkur jatuh ke tanah saat ini.
***
Waktu berjalan begitu cepat. Tanpa terasa Minhee sudah menjalani hubungan
dengan Kyuhyun hampir setahun. Jika ditanya soal masalah, mana mungkin ada
pasangan yang tidak pernah di terpa masalah. Namun masalah yang mereka hadapi
tidaklah begitu berarti. Hubungan mereka pun berangsur kian serius. Kyuhyun
sudah memantapkan hatinya untuk menikahi gadis itu. Ia sudah melamarnya dua
hari yang lalu. Dan Minhee pun menerima lamaran Kyuhyun dengan gembira walau
sesungguhnya ada sesuatu yang akhir-akhir ini mulai mengusik fikirannya
mengenai sahabat terbaiknya Lee Donghae.
Di tempat lain, di suatu ruangan yang benar-benar di penuhi dengan
berbagai macam benda berwarna biru shappire. Namun keadaan ruangan itu saat ini
sangatlah buruk. Semuanya berantakan, berserakan dimana-mana, tak beraturan
sesuai tempatnya. Mungkin sisa kejadian semalam saat namja itu tidak dapat
mengendalikan emosinya ketika ia tahu bahwa yeoja yang selalu ia cintai hingga
saat ini akan melangsungkan pernikahan seminggu lagi dari undangan yang dititip
Minhee pada Donghwa. Ya seminggu lagi dan itu waktu yang sangat cepat.
“Bodoh, namja bodoh! Wae Lee Donghae, WAE?!” amuknya pada dirinya
sendiri. “Andai saja kau menghiraukan persahabatanmu dan memberanikan diri
untuk menyatakan perasaanmu pada yeoja itu kau tidak akan merasakan sakit
seperti ini. Kau begitu takut dia menolakmu dan persahabataan kalian mejadi
renggang padahal jika kau mencobanya mungkin itu hanya pendapatmu semata”
lanjutnya lagi diiringi butiran bening yang membanjiri pipinya.
Bugh’
“AKH..” teriak Donghae seraya meratapi kepalan tangannya yang mengeluarkan
cairan kental berwarna merah pekat akibat ulahnya sendiri yang menghantamkan lengannya
ke dinding.
Karena mendengar sesuatu yang dirasanya semakin tidak beres, Lee
Donghwa kakak Lee Donghae bergegas menuju kamar Dongsaeng satu-satunya itu. Ia
cukup terkejut dengan apa yang terjadi di kamar adiknya saat ia membuka pintu.
Betapa sedihnya ia mengetahui keadaan yang sedang dialami adiknya saat ini.
“Yak, Lee Donghae apa yang kau lakukan eoh? Kau benar-benar pabo menyakiti dirimu sendiri seperti ini. Nae
dongsaeng, jebal hentikan..” pinta sang kakak dengan nada memohon karena
benar-benar tidak sanggup melihat adiknya seperti itu.
Kemudian Donghwa membopong tubuh Donghae yg melemas di pojok kamarnya
menuju ranjang empuknya. Dengan segera sang kakak mengambil kotak P3K guna mengobati
adik tangannya itu.
“Hyung, apa yg harus kulakukan sekarang hyung? Kumohon bantu aku~” ungkap Donghae dengan nada parau. “Semua sudah
terlambat hyung, aku kalah dan tidak akan pernah mendapatkannya!!” lanjutnya
lagi.
“Sudahlah, sekarang kau istirahat saja dulu. Lukamu sudah ku obati,
semoga saja cepat mengering.” kata Donghwa yang mulai beranjak pergi dari kamar
adiknya.
***
1 message
From : Minhee pabo~
Annyeong Donghae-ya. Yak, Lee Donghae nan jeongmal bogoshippoyeo.
Kemana saja kau Donghae-ya? Setiap aku menghubungimu kau tidak pernah
menjawabnya, saat mengajakmu pergi kau selalu beralasan tidak bisa atau aku
berkunjung kerumahmu Donghwa oppa selalu bilang kau sedang tidak dirumah.
Sebenarnya apa yang terjadi denganmu eoh? Aku sempat berfikir kau marah padaku
Donghae-ya, tapi aku bingung apa sebabnya.
Ah nde, kau tahu kan aku akan segera menikah dengan Kyuhyun oppa? *aku
yakin kau pasti sudah mengetahuinya* kekeke~ mian aku memberikan undangannya
tidak langsung kepadamu.. Ya karena itu tadi untuk bertemu denganmu sangat
sulit jadi aku titip pada Donghwa oppa. Awalnya aku tidak ingin langsung
menerima lamaran Kyuhyun oppa, biar bagaimanapun kau adalah sahabatku dan kau
harus mengetahuinya terlebih dahulu dan membantuku mengambil keputusan karena
aku tidak ingin terlalu tergesa-gesa dan mendahuluimu yang sampai saat ini aku
belum tahu siapa yeojachingumu. Tapi saat itu kau benar-benar seperti sangat
menjauhiku jadi aku putuskan untuk menerimanya, mianhae aku tidak menunggumu.
Donghae, kumohon balas pesan-pesanku
ini. Asal kau tahu, aku sampai lupa sudah berapa banyak aku menelfon dan
mengirimu pesan yang tidak juga mendapatkan balasan. Aku juga sangat ingin main
kerumahmu untuk menceritakan semuanya padamu, jebal balas pesanku nde? Ah,
pesanku ini sepertinya terlalu panjang. Aku hentikan dulu nanti kubalas lagi
saat kau membalas pesanku. I’m waiting to your message Mr. Aideen J~~
Setelah membaca pesan tersebut, Donghae hanya bisa tersenyum miris.
Pria tampan itu sadar, tak seharusnya ia menjauhi Minhee tanpa alasan yang
jelas. Dan jujur, ia juga sangat merindukan sahabat yang sangat ia cintai itu.
Tapi ia sungguh tidak bisa menahan rasa sakit setiap kali harus melihat Kyuhyun
dan Minhee yang selalu bermesraan dihadapannya. Sehingga ia lebih memilih untuk
menjaga jarak dengan mereka.
1 Message
From : Fishy Donghae~
Mianhae, jeongmal mianhae Minhee-ya.
Mianhae aku baru bisa membalas pesanmu. Akhir-akhir ini aku sangat
sibuk, jadi aku tidak bisa bermain ataupun sekedar bertemu denganmu. Anniya,
aku tidak marah denganmu, lagipula kenapa aku harus marah? Kau sendiri tahu
akan hal itu kan? Ah, nado bogoshippo Minhee-ya. Apa saat ini kau ingin
berkunjung kerumahku?
1 Message
From : Minhee pabo~
Aigoo, Donghae-ya aku sangat senang kau membalas pesanku. Arraseo Mr.
Lee, kau memang orang yang sangat sibuk, terlebih ini sudah mulai memasuki semester
akhir kuliahmu. Kau bertanya apa aku ingin kerumahmu? Ya, dasar Fishy pabo, kau
masih bertanya seperti itu eoh? Jelas saja aku sangat ingin kerumahmu. Apa
boleh aku kerumahmu sekarang? Dan sepertinya aku akan kerumahmu seorang diri,
karena Kyuhyun oppa sedang ada jadwal menyanyi. Eotthe?
Donghae yang membaca pesan tersebut sedikit mengembangkan senyumnya
senang, karena ia fikir ia bisa bermain dengan Minhee seperti dulu dan hanya
berdua dengan Minhee tanpa harus ada Kyuhyun diantara mereka.
1 Message
From : Fishy Donghae~
Geurae, kemarilah. Tapi kau harus membawa makanan yang banyak untuk
kita dan berbagai minuman nde? Persediaan dirumahku habis ;)
Tanpa membalas pesan Donghae, Minhee segera bergegas mengambil tas dan
menuju supermarket untuk membeli makanan dan minuman seperti yang diperintahkan
Donghae lalu pergi kerumah laki-laki tampan itu.
***
Ting tong~
‘itu pasti dia’ dengan segera
Donghae membukakan pintu rumahnya.
Ceklek’
“Annyeong Donghae-ya” seru Minhee saat ketika Donghae baru saja
membuka pintunya. Tanpa berpikir panjang, ia segera berhambur ke dalam pelukan
sahabatnya itu. Tubuh yang sangat dirindukannya saat ini.
“Ya, Lee Donghae nappeun. Kenapa kau baru muncul sekarang eoh? Nan
bogoshippo Donghae-ya, kau benar-benar keterlaluan membiarkan sahabatmu ini gila
karena merindukanmu,” ucap Minhee dalam dekapan Donghae. Merindukan? Ya pria
itu juga sangat merindukan tubuh mungil gadis ini, teriaknya, sentuhannya,
senyumnya, manjanya dan semua hal yang ditmbulkan gadis ini walau ia tahu rindu
yang ia rasakan berbeda dengan rindu gadis itu. Donghae pun yang mendapat
perlakuan seperti itu hanya bisa tersenyum dan mengelus rambut Minhee, dan
hingga sepersekian detik namja itu melepas pelukannya.
“Kajja masuk, kita lanjutkan pembicaraannya didalam saja nde?” ajak
Donghae pada Minhee yang mungkin merasa kurang sopan jika harus berlama-lama
didepan pintu dalam posisi berpelukan.
***
“Apakah kau benar-benar sangat sibuk Donghae-ya, sampai-sampai
penampilanmu menjadi semakin lusuh seperti itu? Kau benar-benar tidak bisa
merawat dirimu dengan baik selama tidak bertemu denganku” tutur Minhee seraya membuka bungkusan beberapa
kue dan meletakannya dipiring yang sudah disediakan Donghae sebelumnya.
“Biarkan saja penampilanku seperti ini, selama tidak ada makhluk bawel
sepertimu disampingku aku tidak perlu repot akan semua nasihatmu” jawab Donghae
sambil memakan kue dari Minhee.
“Aigoo, jadi kau harus dimarahi seperti biasa eoh? Yak, kau ini sudah
besar masa harus aku terus yang memarahimu agar kau selalu ingat untuk
berpenampilan lebih menarik?! Pantas saja sampai saat ini kau tidak mempunyai
yeojachingu, bahkan mungkin tidak ada yeoja yang mau mendekatimu kecuali aku
sahabatmu” ucap Minhee dengan nada sedikit kesal.
“Mwoya? Apa maksudmu eoh? Apa kau ingin kuhabisi saat ini juga?” ujar
Donghae sambil menatap tajam Minhee mengisyaratkan sesuatu. Dan sepertinya Minhee
mengerti akan fikiran Donghae saat ini, dengan segera ia beranjak dari tempat
duduknya dan menjauh dari Donghae.
“Yak, Lee Donghae menjauh kau! Jangan bilang kau akan~“ belum sempat
Minhee menyelesaikan perkataannya, Donghae segera berlari kearahnya dan
menggerayangi pinggang Minhee yang menimbulkan rasa geli tidak tertahan. Minhee
yang tahu akan kebiasaan sahabatnya yang selalu mengelitikinya segera
melepaskan diri dari Donghae dan berlari menjauh. Alhasil, adegan kejar-kejaran
pun mereka lakukan layaknya film-film India.
***
Sudah sekitar tujuh jam Minhee bermain dirumah Donghae. Mereka
menghabiskan waktu berdua, karena saat itu kakak Donghae ‘Lee Donghwa’ sedang
bekerja. Yang mereka lakukan selama itu yakni bercanda, tertawa bersama,
berbincang, menonton film bahkan hingga tertidur bersama. Itulah yang selalu
mereka lakukan jika sudah bermain bersama.
Dan memang saat ini mereka berdua terlelap di sofa dengan posisi
kepala Minhee bersandar pada pundak kiri Donghae dan Donghae yang bersandar
pada puncak kepala Minhee. Namun, Donghae perlahan membuka matanya dan terlihat
seulas senyum terpampang manis di wajahnya karena ia sangat senang bahwa hari
ini terjadi lagi. Hari dimana ia selalu bersama Minhee dan bersenag-senang
bersama, rasanya saat ini ia ingin menghentikan waktu dan membiarkan Minhee
tetap disampingnya, bersamanya selamanya.
Terdengar suara decitan sepatu dari arah pintu sehingga membuat
Donghae menoleh kearahnya. Beberapa detik kemudian pintu terbuka dan ia
mendapati kakaknya yang baru pulang bekerja. Kakaknya sedikit kaget akan
keberadaan Minhee yang sedang tertidur dipundak adiknya, dengan segera Donghae
memberi isyarat pada hyung-nya itu agar tidak bertanya dan membangunkan Minhee
yang sedang sangat terlelap, dan tanpa berfikir lama Donghwa mengerti dan
segera masuk ke kamarnya. Namun, belum sampai Donghwa pada pintu kamarnya,
Minhee bangun dan memanggilnya.
“Hoamm, ah jam berapa ini?” ucap gadis itu sambil mengepuk-ngepukkan
mulutnya yang menguap dan melirik kearah jam yang menunjukkan pkl. 08.00 malam.
“Annyeong Donghwa oppa,
ternyata kau sudah pulang? Aku sampai tidak menyadarinya hehe” dengan segera
Minhee bangkit dari duduknya dan sedikit berbungkuk menghadap Donghwa.
“Haha, nde baru saja aku sampai. Bagaimana kau menyadarinya, kau tidur
sangat nyenyak sekali kekeke~” Donghwa dan Donghae terkekeh bersama melihat
ekspresi Minhee yang menunjukkan senyum sambil menggaruk tengkuknya yang tidak
gatal.
“Ah Donghae-ya, oppa-ya aku pulang dulu nde? Lagipula ini sudah cukup
larut aku takut eomma mengkhawatirkanku nantinya. Omoo~, hampir aku lupa, dua
hari lagi datang ke acara pernikahanku nde? Awas kau Donghae, jika kau tidak
ada di acaraku, aku tidak akan memulai acaranya dan tidak akan pernah
memaafkanmu, arraseo?”
Donghae terdiam sejenak nampak berfikir dan menoleh kearah Donghwa
sebentar dengan tatapan nanar membuat hyungnya mendengus pasrah dan terlihat
seperti mengisyaratkan sesuatu pada adiknya itu.
“Baik, aku pasti datang begitu juga dengan Donghae. Iya kan Donghae?”
ujar Donghwa sedangkan yang dilempari pertanyaan hanya terdiam, merasakan
lidahnya terasa kelu sehingga hanya untuk mengeluarkan sedikit kata saja
sangatlah sulit. “nde, aku akan datang ke acaramu.” ucap Donghae kemudian
menarik nafasnya dalam dan menghembusnya kasar.
“Nah harus itu, kau harus ada di acaraku dan terus disampingku arra?”
pinta Minhee. Donghae hanya membalasnya dengan anggukan dan Donghwa yang
melihat kejadian dihadapannya itu hanya tersenyum.
“Geurae, aku pamit dulu. Annyeong” Minhee pun pamit pulang namun
dicegah oleh Lee Donghwa. “Yak, kau ini seorang gadis apa akan pulang sendiri
selarut ini? Biar Donghae yang mengantarmu nde?” ucap Donghwa. Donghae
mendengar perkataan kakaknya itu yang mungkin juga menjuru kepadanya namun ia
tak bergeming dengan fikiran mengenai acara pernikahan Minhee yang selalu
berputar di otaknya.
“Aish, Lee Donghae kau akan mengantarkan Minhee pulang kan?” ucap
Donghwa untuk kedua kalinya namun kali ini dengan suara yang lebih keras.
Donghae pun tersadar dari lamunanya, “Geurae, aku ambil jaket dan
kunci motor dulu”. Donghae bergegas menuju kamarnya mengambil benda yang ia
sebutkan tadi.
***
Di perjalanan mereka hanya terdiam, terlebih ketika Donghae menarik
lengan Minhee agar gadis itu mengeratkan kedua tangannya ke pinggang Donghae
dan entah mengapa Minhee menjadi canggung sekarang dengan perlakuan Donghae
yang seperti itu.
Sekitar dua puluh menit mereka menempuh perjalanan, akhirnya mereka
sampai di kediaman Minhee. Yeoja itu segera turun dari motor ninja milik
Donghae,
“Gomapta Donghae-ya, aku sangat senang hari ini bisa bermain lagi
denganmu. Aku fikir hari ini tidak akan ada karena kau yang kurasa mengacuhkanku
kemarin-kemarin” ucap Minhee disandingi senyum manisnya.
“Mian akan hal itu” jawab Donghae yang sepertinya merasa bersalah.
“Haha, lihat ekspresimu itu
sangat lucu Mr. Lee. Sudahlah, aku sudah lupa akan hal itu dan yang barusan aku
hanya bercanda.” tutur Minhee sambil terkekeh geli melihat ekspresi Donghae
yang berubah menjadi lesu karena ucapannya.
“Aish, jinjja kau sangat menyebalkan. Baiklah aku pamit.” Donghae
menyalakan motornya dan Minhee masih mengembangkan senyumnya menatap Donghae. Donghae
yang sedari tadi berada diatas motornya
tiba-tiba turun dan mendekati Minhee. Kemudian ia kecup kening gadis yang
sangat ia cintai itu dengan tulus dan sangat lembut. Sedangkan Minhee, ia
benar-benar bingung harus berbuat apa karena baru kali ini Donghae mengecup
keningnya dan gadis itu bisa mersakan ketulusannya. Bahkan, ia tidak mengerti
bagaimana bisa detak jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya dan itu
terjadi saat ini, saat Donghae yang
notabennya adalah sahabatnya mengecup keningnya cukup lama.
“Cepatlah masuk dan lekas tidur. Lanjutkan lagi tidurmu tadi.
Annyeong” ucap Donghae lembut terasa seperti bisikan ditelinga gadis itu ketika
melepas ciumannya dan menaiki motornya. Ia tersenyum ke arah Minhee serta
dengan cepat menancapkan gas nya dan melesat menjauh.
‘Annyeong Mr. Lee. Apa yang terjadi denganku saat ini, kenapa
jantungku seperti ini. Oh Tuhan~’batin Minhee mulai berjalan masuk kerumahnya.
***
Hari yang sangat ditunggu Kyuhyun tiba, namun tidak dengan Minhee.
Entah mengapa, sejak malam dimana ia diantar pu;ang oleh Donghae perasaannya
menjadi tidak karuan. Sebelumnya, ia memang sangat sering main ataupun diantar
pulang oleh Donghae namun ia sendiri bingung setiap kali mengingat Donghae yang
mencium keningnya, senyum selalu mengembang di wajahnya, bahkan jantungnya pun
ikut berdetak berkali-kali lipat dari biasanya. Perasaan yang sama saat ia
mulai mencintai Kyuhyun.
Namun, hanya untuk menyadari hal itu saat ini saja sudah terlambat.
Gaun putih nan indah itu sudah dikenakan oleh Minhee yang semakin memperjelas
aura cantik dari dalam dirinya. Bahkan tamu-tamu yang hadir untuk menyaksikan
pengucapan janji mereka sudah siap ditempat duduknya masing-masing menunggu
sang pengantin wanita datang.
“Chagi, kau sudah siap? Kyuhyun dan seluruh tamu sudah menunggumu.
Kita berangkat sekarang, ppaliwa” ucap eomma Minhee datang membuka pintu.
“Nde eomma, eomma ke mobil dulu saja aku menyusul. Tunggu lima menit,
nde?” ujar Minhee.
“Geurae, cepat ya.”
Minhee menatap dirinya di cermin. Ia sungguh bingung dengan keadaan
yang dialaminya sekarang, ia sadar seharusnya ia merasa sangat bahagia atupun
gugup layaknya calon pengantin lain namun ia tak merasakan hal itu. Justru, yang saat ini sangat ia tunggu adalah
kabar dari Lee Donghae sahabatnya yang setidanya mengirimnya pesan singkat
berupa ucapan selamat ataupun yang lainnya. Bahkan sempat terbesit di benaknya,
ia berharap agar Donghae membawanya pergi dari acara pernikahannya saat ini.
Sungguh fikiran yang gila bukan?
Minhee segera menuju mobil, sebelum itu ia menggerakan jari-jarinya
menuliskan suatu pesan di handphone-nya yang ia tujukan untuk Donghae.
To : Fishy Donghae~
Hey Fishy Pabo, aku tunggu kehadiranmu dengan sangat nde. Aku akan
tunggu hingga kau datang, dan jika kau belum datang juga di acara pernikahanku
dan tersenyum untukku di hari pernikahanku ini, aku tidak akan memulainya
sampai aku benar-benar melihat
kehadiranmu dan senyummu untukku. Aku menyayangimu Lee Donghae pabo,
sangat-sangat menyayangimu kekeke~
***
“Donghae-ya, kau yakin tidak akan datang?” tanya Donghwa kesekian
kalinya memastikan adiknya yang tidak akan datang.
“Nde hyung, sampaikan saja salamku untuknya” jawab Donghae dengan
perasaan yang berkecamuk, matanya pun masih sembab mungkin karena tangisnya
yang tak henti sejak semalam. Wajar saja, karena Lee Donghae memang orang yang
sangat cengeng.
“Baiklah, aku berangkat. Ah nde, aku pakai motormu saja ya,” ucap Donghae lagi pada adiknya yang hanya menatap
kosong kearah luar jendela kamarnya.
“Nde, kuncinya di laci televisi.”
Ten minute’s later~
Donghae mengambil handphone-nya yang ia letakkan di ruang televisi dan
dilihatnya sebuah pesan dari Minhee.
From : Minhee pabo~
Hey Fishy Pabo, aku tunggu kehadiranmu dengan sangat nde. Aku akan
tunggu hingga kau datang, dan jika kau belum datang juga di acara pernikahanku
dan tersenyum untukku di hari pernikahanku ini, aku tidak akan memulainya
sampai aku benar-benar melihat
kehadiranmu dan senyummu untukku. Aku menyayangimu Lee Donghae pabo,
sangat-sangat menyayangimu kekeke~
Melihat isi pesan itu, Donghae hanya terdiam tersenyum miris.
Fikirannya kacau, bagaimana tidak? ia diminta hadir untuk menyaksikan sahabat
yang dicintainya menikah dengan orang lain, namun ia juga tidak ingin
mengecewakan Minhee dengan tidak menghadiri acara tersebut, terlebih Minhee
sangat mengharap kedatangannya bahkan mengancam untuk tidak akan memulai
acaranya dan ia sangat tahu bahwa Minhee selalu serius dengan apa yang ia
ucapkan.
‘andai kau memintaku untuk membawamu pergi dari acara itu, aku pasti
akan melakukannya Minhee’ batin Donghae. Dan setelah ia berfikir lama, akhirnya
ia putuskan untuk menghadiri acara itu yang mungkin untuk terakhir kalinya ia
melihat sahabat tercintanyya sebelum ia pergi meninggalkan Seoul karena menurutnya
hanya akan semakin menyakiti hatinya jika ia harus terus-terusan berada di
Korea dan melihat Minhee dan Kyuhyun bersama.
Saat hendak mengambil kunci motornya, ia baru ingat bahwa motornya di
pakai oleh Donghwa. Berhubung waktu semakin sempit, ia putuskan untuk
menggunakan mobil kakaknya walau ia sadar ia masih kurang mahir mengendarai
mobil.
***
Biarpun sakit terus menggerayangi hatinya, terlebih ketika ia melihat
pesan Minhee yang memintanya datang tapi ia tetap saja memandangi pesan itu dan
membacanya berulang kali pada kata-kata Minhee terakhir yang bertulis bahwa
Minhee sangat menyayangi Donghae, bahkan ia bergumam menjawab pesan itu pada
dirinya sendiri ‘nde, Minhee-ya. aku sangat menyayangimu, saranghaeyo Minhee’
Donghae membalas pesan Minhee
To : Minhee pabo~
Nde, aku akan datang. Kau harus menungguku sampai aku benar-benar
datang. Aku juga sangat menyayangimu.
Setelah itu, ia juga mengirim pesan untuk kakaknya,
To : Donghwa Hyung
Hyung, setelah aku berfikir, aku rasa aku harus datang hyung. Anggaplah
ini terakhir kalinya aku melihatnya sebelum aku benar-benar kehilangannya. Kau
tidak perlu khawatir akan keadaanku nantinya, aku yakin aku akan baik-baik
saja. Aku menyayangimu hyung, tunggu aku disana nde!!
Setelah selesai mengirim pesan dan dalam keadaan menyetir, ia masukkan
handphonenya ke saku celana. Namun handphonenya justru terlepas dari tangannya
saat belum masuk saku celananya. Ia cari handphonenya itu dengan meraba namun
tak kunjung menemukannya hingga ia menundukkan sedikit kepalanya, belum sempat
ia mencari tiba-tiba terdengar suara klakson dari arah berlawanan dan saat ia
mengangkat kepalanya sebuah mobil container besar secara cepat menghantam mobil
yang ia kendarai, Donghae sempat membanting stirnya ke kanan yang justru
membuat mobilnya terjungkal berkali-kali.
***
‘aku sudah disini, Kyuhyun oppa ada di depan altar sana. Tapi dimana
Donghae? Kenapa namja tengik itu belum datang dan hanya ada Donghwa opaa
disana? Hum, mungkin dia terlambat namanya juga Lee Donghae selalu terlambat’
batin Minhee sambil terus mengumbar senyumnya ke segala penjuru kursi tamu yang
ada, begitu juga kearah Kyuhyun yang sudah menantinya.
“Kau sangat cantik chagi,” ucap Kyuhyun ketika Minhee sudah berada di
hadapannya.
“Gomawo oppa, tapi kenapa disini tidak ada wartawan oppa? Biar
bagaimanapun kau ‘kan cukup terkenal,”
“Sengaja aku tidak mengijinkan mereka disini sekarang, aku ingin acara
kita berjalan khidmat dan lancar chagiya”
Minhee hanya tersenyum mendengar jawaban Kyuhyun, namun matanya tak
lepas dari pintu masuk Gereja dan tempat Donghwa oppa duduk, karena ia sangat
menunggu pria itu –Lee Donghae yang tak kunjung menampakkan batang hidungnya
saat ini. Dan entah mengapa ia merasa sangat gelisah menunggu kedatangan
Donghae.
“Baiklah, janji akan di ikrarkan. Apa kedua mempelai siap?” ucap sang
pendeta pada kedua mempelai.
“Kami siap pa pendeta, iya kan sayang?” tanya Kyuhyun pada Minhee
namun Minhee tak bergeming dan terus menatap pintu.
“Chagi, kau sudah siap kan?” tanya Kyuhyun kedua kalinya karena merasa
pertanyaan pertama tidak mendapat respone.
“Humm, eung ..” belum selesai Minhee menjawab, ekspresi wajahnya
berubah ketika melihat Lee Donghwa yang tiba-tiba pergi dengan terburu-buru dan
air mata yang berlinang dari acara pernikahannya setelah melihat layar
handphone-nya.
Minhee segera menghentikan Donghwa dengan mengejarnya dan meninggalkan
Kyuhyun di altar membuat semua tamu kaget termasuk Kyuhyun dan Orang tua
mereka.
“Donghwa oppa tunggu, kau mau kemana? Dan dimana Donghae oppa? aku
sudah janji pada Donghae tidak akan memulai acara ini sebelum ia datang,” ucap
Minhee samar namun masih terdengar oleh Donghwa.
“Apa yang kau lakukan Minhee-ya? lebih baik kau lanjutkan acaramu,
harus kau lanjutkan walau tanpa Donghae,
aku harus pergi sekarang!” ucap Donghwa hendak pergi namun tangannya segera di
tahan oleh Minhee.
“Tunggu oppa, apa maksudmu
tanpa Donghae?” tanya Minhee semakin penasaran dan tidak ia perdulika para tamu
yang mulai mencibirnya, serta membuat Kyuhyun menghampirinya.
“Sayang, apa yang kau lakukan? Kajja kita mulai acaranya chagi,
lihatlah para tamu mulai memperhatikanmu,” perintah Kyuhyun di telinga Minhee.
“Sebentar oppa!!” jawab Minhee.
“ oppa, apa maksudnya” lanjut Minhee beralih pada Donghwa.
“Baiklah, Donghae, dia.. dia tidak bisa d-datang” ujar Donghwa
menggantung.
“Iya tapi kenapa oppa?”
“Donghae mengalami kecelakaan dalam perjalanannya kesini, mianhae
Minhee aku harus segera pergi melihat keadaanya di Rumah sakit Seoul”
“Mwo? Donghae? Kau bercanda kan oppa?”
“Aku serius, aku pergi. Annyeong” Donghwa pamit dan segera menuju
Runah sakit.
Sedangkan Minhee, butiran bening begitu saja mengalir dari kelopak
matanya, lututnya terasa lemas hingga ia tidak mampu menopang tubuhnya dan
terjatuh ke lantai. Kyuhyun pun kaget mendegar hal tersebut, ia mengerti apa yang dirasakan Minhee saat
ini, karena ia juga menyayangi Donghae seoerti kakaknya sendiri. Orang tua mereka
segera menghampiri mereka setelah melihat Minhee yang terduduk lemas dilantai
sambil menangis.
“Minhee, sebenarnya ada apa?” ucap eomma Minhee.
“Oppa, aku harus ke rumah sakit sekarang!” tegas Minhee seraya berdiri
dan segera pergi namun tangannya segera diraih oleh Kyuhyun.
“Chagi, tapi bagaimana dengan~, ah sudahlah, ayo kita ke rumah sakit
sekarang” ajak Kyuhyun yang membuat Minhee sedikit kaget dengan sikap yang di
tunjukkan Kyuhyun.
“Tunggu sebentar, kalian mau kemana? Siapa yang sakit?” tanya Tuan Cho
tak lain appa dari Kyuhyun.
“Appa maaf, aku harus segera pergi. Saat ini aku tidak bisa melanjutkan
acara ini, karena sahabat, aniya, aku sudah menanggapnya seperti kakakku
sendiri. Lee Donghae ia kecelakaan, mian appa aku pergi.” Minhee dan Kyuhyun
membungkukkan badan mereka menghadap orang tua mereka dan para tamu serta
segera pergi dari tempat itu tanpa mendengar teriakan-teriakan dari orang tua
mereka yang mungkin malu dengan para tamu yang merupakan kolega bisnis mereka
harus tahu pernikahan anak mereka di batalkan.
***
Selang dan segala peralatan rumah sakit lainnya menempel pada sekujur
tubuhnya yang terbaring lemah tak berdaya. Donghwa, hanya bisa menangis di
samping tubuh adiknya. Hingga sesaat Minhee dan Kyuhyun sudah berada di ambang
pintu menatap nanar keadaan sahabat mereka.
Air mata terlihat sangat jelas mengalir dari pelupuk mata Minhee.
Napasnya tercekat, merasa seolah oksigen tak berada didekatnya. Perlahan
gontaian langkahnya mencoba mendekati pria itu yang terbaring lemah
dihadapannya kini.
“Donghae, bagaimana bisa kau seperti ini?” bisikan itu tepat berada
pada telinga Donghae dan hampir tak terdengar oleh telinganya sendiri karena
diiringi isaknya.
“Hyung, bagaimana keadaannya?” tanya Kyuhyun saat Donghwa mulai
beranjak dari tempat duduknya.
“Seperti yang kau lihat, ia hanya memejamkan matanya tanpa menyadari
ada beberapa pasang mata yang menunggu mata itu terbuka. Pendarahan dibagian
kepalanya, membuatnya jauh dari kata ia akan segera baik-baik saja. Terlebih
dokter bilang kesempatannya untuk hidup sangat kecil. Aku benar-benar tidak
kuat untuk melihatnya dalam keadaan seperti ini, ”
“Tapi hyung, ucapan dokter tidak semua benar, kau tidak perlu
mempercayai sepenuhnya. Aku yakin, Donghae hyung orang yang kuat dan dia akan
melewati semua ini secepatnya,”
“Donghae-ya, jadi ini maksud pesanmu untuk menyuruhku menunggu? Namja
nappeun! Irona Donghae, irona~” ucapan Minhee membuat Donghwa menoleh
kearahnya.
“Maksudmu Donghae mengirimmu pesan sebelum ia pergi?”
“Ne oppa, memang sebelumnya aku yang mengirimnya pesan. Entah setan
apa yang membuatku menulis pesan untuknya dan bilang bahwa aku akan menunggu
hingga ia datang dan tak akan memulai acaranya sebelum aku melihat senyumnya,”
Ekspresi Kyuhyun berubah seketika, ia sungguh tak menyangka calon
istrinya sebegitu membuat Donghae berarti dihidupnya, tapi ia juga tidak bisa
marah terlebih dengan keadaan Donghae saat ini.
“Chagi..” panggil Kyuhyun lembut karena tak ingin membuat orang yang
sangat ia cintai merasa terluka apabila ia malah memarahinya sedangkan keadaan
hatinya sedang tak baik.
“Mian oppa, aku tahu aku membuatmu kecewa dengan ucapanku barusan. Aku
benar-benar sangat ingin Donghae hadir, maka aku mengancamnya seperti itu. Aku
tak tahu begini akhirnya, ini semua salahku,
aku memang bodoh, aku bodoh” sesal yang dirasa Minhee memang cukup
dalam, bahkan ia memukul-mukul kepalanya sendiri karena dirinya sahabatnya
menjadi seperti itu.
“Yak, Minhee apa yang kau lakukan?! Jangan seperti ini, ini bukan salahmu. Jangan sakiti dirimu sendiri chagi,” Kyuhyun
dengan cepat menahan tangan Minhee yang memang akan menyakiti dirinya sendiri
jika ia terus melakukan hal bodoh seperti itu.
“Biarkan oppa, ini semua karena aku, hiks.. hiks..” jawab gadis itu
disela tangisnya.
“Kyuhyun benar Minhee, kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri.
Donghae juga akan memarahimu jika ia tahu gadis yang dicintainya seperti ini,”
“Oppa, apa maksud ucapanmu?” Minhee melebarkan matanya saat mendengar
apa yang diucapkan Donghwa barusan. Kyuhyun juga mengerutkan keningnya tak
percaya.
“A-ah iya, kalian kenapa bisa disini? Kalian tidak melanjutkan
acaranya?” ujar Donghwa yang mencoba mengalihkan pembicaraan, karena ia tahu
apa yang sudah diucapnya tadi.
“Kami belum memulai apapun hyung, jelaskan apa maksud ucapanmu hyung?”
“U-ucapanku? Ucapan apa maksudu?”
“Oppa, apa maksudmu Donghae
mencintaiku?”
Donghwa terlihat bingung saat ini, ia ingin tak membei tahukan apapun
tapi sepertinya semuanya mendesaknya untuk berkata bagaimana perasaan adiknya
terhadap wanita dihadapannya.
“Geurae, sebenarnya sejak lima tahun lalu Donghae sudah jatuh
cinta padamu Minhee-ya. sejak saat itu,
dia selalu mengucap janji pada dirinya sendiri untuk selalu menjaga orang yang
dicintainya, yaitu dirimu. Ia selalu merasa senang ketika ia melihat senyummu
dan merasa sakit ketika kau menangis dihadapannya. Kadang aku juga merasakan
sedih ketika harus mendengarnya cerita tentangmu yang mulai dekat denganmu,
terlihat sangat menyedihkan melihat keadaannya saat itu, tapi ia sangat tahu
tak ada yang bisa ia lakukan,”
Mendengar pernyataan itu terlontar dari mulut Donghwa, tangis Minhee
semakin pecah. Air matanya terus menganak sungai dipipinya. Gadis itu terduduk
lemas bersandar pada dinding kokoh Rumah Sakit itu. Ia menarik kedua lututnya
kedalam pelukannya dan membenamkan wajahnya dalam.
“Ini semua karenaku,” serak suara itu tertutur dari lidah gadis itu.
Bahkan hingga saat ini ia masih menyalahkan dirinya sendiri. Kyuhyun
merendahkan badannya mencoba mensejajarkannya dengan gadis itu.
“Mianhae oppa, jeongmal mianhae. Aku benar-benar yeoja tak berperasaan
dan harusnya kau membenciku oppa,” lanjutnya lagi. Sepertinya emosi memang
sedang menjalar pada diri gadis itu.
“M-maksudmu?”
“Kau tahu, sebenarnya aku ingin sekali lari dari acara pernikahan kita
hari ini oppa. jujur, aku ingin membatalkannya, hiks.. hiks..”
“Mwo?”
Sepasang mata itu membelalak tak percaya, bagaimana bisa? Mungkin itu yang ada difikrannya saat ini.
***
“Oppa kajja bangunlah, aku sudah disini oppa-ya. bukankah kau ingin
mendengarku memanggilmu dengan sebutan oppa? kau dengar ‘kan, saat ini aku memanggilmu
dengan sebutan itu. Cepat bangun oppa..”
Tangan mungil gadis itu masih menggenggam jemari Donghae yang tak
kunjung membalas. “Oppa, palliwa ireona. aku tahu aku memang yeoja pabo oppa.
aku tak menyadari jika selama ini kau mencintaiku oppa-ya~. aku selalu
menganggap perhatianmu itu adalah perhatian seorang sahabat kepada sahabatnya
ataupun kakak terhadap adiknya, hiks.. hikss..
Oppa, kenapa kau tidak memberi
tahuku bahwa kau mencintaiku? Ck, kau terlalu picik oppa hanya untuk memikirkan
persahabatan kita. Kau tahu oppa, aku milikmu sekarang, kau bilang kau
menyayangiku, dan kau akan datang menemuiku dan memberikan senyum itu, mana
oppa? mana?!! hari ini kau sama sekali belum tersenyum untukku,” lanjutnya
lagi. Dadanya terasa benar-benar sesak sekarang.
“Oppa-ya, saranghae. Jeongmal saranghae Lee Donghae oppa. Maaf aku
terlambat menyadari hal ini dan mengatakannya padamu, tapi aku janji aku tak
akan lagi terlambat untuk mendampingimu asalkan kau cepat bangun oppa,”
Kini giliran Kyuhyun yang merasa matanya memanas saat ini, ia tahu
akan seperti ini. Bahkan ini belum seberapa saat ia mendengar Minhee
mengucapkannya langsung dari mulutnya.
“Mianhae oppa,
aku sadar aku sangat menyakitimu. Tapi, entah kenapa akhir-akhir ini justru
Donghae oppa yang selalu ada difikranku. Aku tak merasa senyaman seperti saat
aku bersama Donghae oppa saat bersamamu. Awalnya aku hanya menganggap semua
hanya perasaanku saja yang sudah terbiasa berada di dekatnya. Tapi semakin hari
aku semakin sadar bahwa aku mencintainya oppa, mencintai Lee Donghae. Aku
sempat mencoba menepis perasaanku itu, tapi justru perasaan itu semakin
menguasaiku oppa. aku tahu aku sungguh yeoja yang menjijikan dan tak
berperasaan, kau boleh membenciku, memakiku atau apapun oppa. hiks..hiks”
Ucapan itu kembali terngiang difikiran Kyuhyun. Pria itu ingat betul bagaimana
hangatnya saat mendekap erat Minhee beberapa menit lalu, dan kini justru gadis
itu mendekap pria lain dihadapannya. Tapi tidak ada yang bisa diperbuatnya saat
ini.
Perlahan pria itu mulai melangkah mendekati Minhee dan Donghae yang
belum juga sadarkan diri. “Donghae hyung, cepatlah bangun. Karena aku akan
segera menghajarmu karena telah merebut wanitaku. Hyung, kau harus tahu bahwa
wanita ini sangat mencintaimu, dan jika kau bertanya apa aku terluka? Nde hyung
aku sangat terluka!! Namun bukan karena kau merebut wanitaku, tapi karena kau
belum juga membuka matamu dan membuatnya selalu meneteskan air matanya,”
Minhee mendongakkan kepalanya mendengar ucapan Kyuhyun barusan, gadis
itu menatap Kyuhyun dengan penuh rasa bersalah. Sedangkan pria itu, mendengus
pelan kemudian memberikan senyumnya kepada gadis itu.
Nittttt---
Tiba-tiba sebuah layar kotak yang berada disamping ranjang Donghae
mengeluarkan suara mengerikannya, suara yang dihindari oleh siapapun.
Terbentang sebuah garis lurus tergambar pada layar kotak itu, membuat kepanikan
membuncah dalam diri Minhee, Kyuhyun dan Donghwa.
“Oppa, oppa kenapa? Oppa jawab aku oppa, jawab,” namun tubuh yang
digoyang-goyangkan gadis itu tidak meresponnya sama sekali.
Dengan segera Donghwa berhambur keluar ruangan itu dan mencari Dokter.
Setelah beberapa saat Dokter masuk, dan memeriksa keadaan Donghae. Terlihat
raut kepanikan dan kepedihan menyelimuti mereka bertiga yang sedang menunggu di
luar ruangan.
Beberapa menit sudah Dokter berkutat dengan dua buah alat yang bisa
mengaliri strum ke tubuh Donghae namun pria itu tak juga merespon, hingga
kemudian Dokter keluar dari ruangan mengerikan itu.
“Dokter, bagaimana keadaannya?” sambar Donghwa ketika melihat sang
Dokter menutup daun pintunya.
Sang Dokter menggelengkan kepalanya pelan, menarik napasnya dalam
kemudian menjawab pernyataan pria itu, “Huft, mianhae.. Aku sudah berusaha tapi
sepertinya tubuh adikmu juga tidak mau membantuku untuk tetap
mempertahankannya,”
“Ma-maksud Dokter?” kali ini Minhee angkat bicara dengan nada
ketakutan luar biasa.
“Mianhae, tapi saat ini Lee Donghae sudah tenang berada disisi-Nya”
Bagai terhantam benda yang sangat keras tepat mengenai jantung mereka
saat mendengar hal mengerikan itu,
dengan segera mereka masuk ruangan itu dan menghambur kedalam pelukan
Lee Donghae yang sudah tidak bernyawa.
“Oppa, ayo katakan sesuatu. Aku tahu kau pasti sedang bercanda
denganku kan oppa seperti yang biasa kau lakukan, cepat oppa bangun ini sudah
tidak lucu,”
“Oppa, ayo pukul lagi kepalaku sesukamu, ganggu aku sesukamu oppa,
bilang aku bodoh sesukamu, ireona oppa-ya~” sambung gadis iu diiringi tangisnya.
“Sudahlah Minhee, lihatlah wajahnya, dia seolah tersenyum dan memberi
tahukan kepada kita bahwa ia baik-baik saja disana,” ujar Donghwa mencoba
menenangkan gadis itu walau sebenarnya kepedihan amat dalam juga tengah
menimpanya, ya, dia harus kehilangan
adik semata wayangnya yang sangat ia sayangi.
“Oppa, bagaimana bisa kau berucap seperti itu. Dia itu adikmu oppa,
kau harus membangunkannya agar ia tetap hidup,” Minhee memang keras kepala.
Kyuhyun pun menarik lengan Minhee hendak menjauhkannya dari tubuh Donghae yang
akan segera dibawa oleh suster untuk dibersihkan.
“Yak, oppa lepaskan aku, aku harus terus membangunkannya.” berontak
Minhee mencoba melepaskan tangan Kyuhyun yang mengerat dikedua sikunya.
“Yak, Minhee. Kumohon jangan seperti ini, Donghae Hyung sudah pergi,”
suara Kyuhyun terdengar sangat keras. Namun hanya cara itu yang ia yakini akan
membuat Minhee sadar.
Dan benar, Minhee terkulai lemas menyadari kepergian sahabat
tercintanya Lee Donghae, badannya sudah tidak mampu lagi untuk berdiri. Dengan
segera. Kyuhyun merengkuh Minhee kedalam pelukannya. Gadis itu tidak menolak
dan juga tidak membalas, hanya air mata yang terus membasahi kemeja yang pria
itu gunakan.
“Oppa, Donghae oppa meninggalkanku. Dia jahat, dia bilang dia menyayangiku,
bahkan dia belum sempat mendengarku mengucap cinta padanya,” terdengar suara
Minhee lirih yang masih dalam pelukan Kyuhyun. Kyuhyun tak menjawab pernyataan
gadis itu dan semakin memeluknya erat.
***
Gadis itu, masih kalut dalam kesedihannya. Seusai pemakaman ia
memutuskan untuk kerumah sahabatnya itu. Hanya untuk sekedar mengenangnya,
walau menyakitkan tapi hanya hal itu yang bisa mengobati rindunya saat ini.
“Oppa, aku kekamar Donghae oppa dulu,” ucap gadis itu dengan nada
terdengar samar pada kedua pria yang ada dihadapannya ini.
“Kau yakin?”
Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya perlahan, kemudian ia menuju kamar Donghae dengan
gontainya. Saat menarik kenop pintu, kilatan kenangan itu begitu saja berputar
diotaknya. Membuat gadis itu kembali meneteskan butiran bening dari pelupuk
matanya.
Langkah kakinya menyusuri kamar itu, kamar bernuansa biru yang entah
sejak kapan sudah dihiasi oleh senyumnya. Beberapa foto dirinya dan Donghae
terpampang jelas disana. Ia ambil salah satu figura yang berada di nakas kamar
itu kemudian menyunggingkan senyumnya.
“Bahkan kau sangat gembira melihat ekspresi kesalku,” terdengar lirih
bahkan sangat pelan hingga suara itu hampir
tidak terdengar.
-Flashback ON-
Minhee POV
“Yak, Lee Donghae cepat kembalikan ponselku,” aku mengangkat tanganku
dan menjinjitkan tumitku agar dapat meraih ponselku. Selalu seperti ini, hobinya
adalah menjahiliku.
“Silahkan kau ambil sendiri jika kau bisa,” ucapnya sembari tetap
menjauhkan ponsel itu dari jangkauanku.
“Yak, apa kau pikir aku bisa mensejajarkan tinggiku denganmu? Biarpun
untuk ukuran seorang pria kau sangat pendek dengan tinggi tubuhmu yang hanya
segitu, tapi tetap saja aku tidak bisa
mensejajarkannya,”
“Mwo? Kau bilang aku pendek? Aissh jinjja.. geurae ponselmu tak akan
aku kembalikan!”
“Ya ya ya, Lee Donghae cepat kembalikan,” apa maksudnya ini, dia malah
berlari menjauhiku. Dengan terpaksa aku kejar dia karena aku butuh benda yang
ada di genggamannya saat ini. “Panggil aku dulu dengan sebutan oppa, lalu akan
dengan mudah benda ini ada ditanganmu, eotte?” ucapnya disela-sela larinya.
Pria ini, bahkan masih sempat-sempatnya mengedikkan kedua alisnya dan
memanfaatkan kesempatan agar aku memanggilnya oppa. apa dia sadar kata itu
tidak pantas disandang olehnya?
“SHIERROOOO!” teriakku sekeras mungkin.
Dengan sekuat tenaga aku mengejarnya tapi dia tidak juga mennyerah dan
justru aku yang menyerah,
“Hah, terserah kau saja Donghae menyebalkan, awas kau!” aku lebih
memilih mengistirahatkan tubuhku sejenak dan meregangkan otot-otot kakiku
karena lelah berlari mengejarnya. Tapi apa ini, dia malah mendekatkan
langkahnya kearahku.
“Jadi kau menyerah? Yasudah. Padahal baru saja aku akan memberikan
ponsel ini padamu,” ucapnya sembari menyerahkan ponsel itu padaku. Aku masih
menatapnya garang dan kusambar ponsel itu tapi dengan cepat tangannya
menyingkir mengisyaratkan seolah aku tak boleh mengambilnya. Dasar pria
menyebalkan, tadi dia memberikannya padaku, jadi dia mengerjaiku?
“Yak, Lee Donghae!!!” sial, dia tertawa terpingkal-pingkal melihat
raut wajahku yang kesal. Bahkan dia mengarahkan kamera kearahku, apa-apaan ini?
Saat seperti ini bisa-bisanya ia masih menggunakan kamera ponselku untuk
berfoto?
“Ayo katakana Kimchi, hana.. dul… set.. Kimchii”
Cekrekk…
Hah? Dasar namja gila, dia benar-benar mengambil gambar saat aku
tengah dalam raut wajah seperti itu, menggembungkan pipiku sebal karenanya
sedangkan dia sedang dalam perasaan bahagia setengah mati. Jinjjaa….
-Flashback OFF-
Author POV
Gadis itu tersenyum miris mengingat kejadian beberapa tahun lalu itu.
Ia mencoba menarik napasnya dalam dan membuangnya dengan berat,
“Oppa, mianhae aku terlambat menyadarinya. Mianhae aku
menyia-nyiakanmu selama ini. Saranghae oppa, bogoshippoyo Lee Donghae,”
“Oppa, aku berjanji jika kita bertemu lagi nanti aku tak akan
menyia-nyiakanmu dan terlambat untuk selalu berada disampingmu” lanjut gadis
itu masih dalam kesendiriannya.
Terdengar suara derap langkah mnedekati ruangan itu, dan benar saja
Kyuhyun sudah berada diambang pintu kamar Donghae saat ini.
“Ternyata dia sangat mencintaimu,” hanya itulah yang bisa diucapkan
pria ini ketika melihat kamar Donghae banyak berisikan foto Minhee.
Pernyataan Kyuhyun hanya dibalas anggukan lembut dari Minhee dan
mengembangkan senyumnya,
“Geurae, ayo kita pulang.” ajak pria itu dan disambut oleh Minhee.
Perlahan mereka meninggalkan kamar itu dan menutup pintunya.
‘Oppa, tunggu aku
disana. Saranghae~
‘Hyung, aku
berjanji akan menjaganya seperti kau menjaganya, membuatnya nyaman seperti saat
kau berada disisinya, akan terus menyayangi dan mencintainya, itu janjiku
padamu--